MAYA DAN NYATA DALAM REALITA (TEORI IDE PLATO)

Oleh: Fina Mawahib

Yuk berfikir sejenak !
1. Kamu tahu odading? Pasti tahu kan. Kalau masih belum tahu coba search “Odading Mang Oleh” hehehe. Saat kamu melihat sepuluh odading apakah ada, beberapa odading yang bentuknya benar-benar sama?
2. Mengapa seekor kucing akan tetap menjadi kucing? Bukan misalnya menjadi macan? Padahal mereka mempunyai corak kulit yang sepertinya sama. (Kalau kucing bisa jadi kucing garong, kalau macan kenapa tidak bisa menjadi macan garong? Hehehe)
3. Apakah semua odading yang terlihat sama dibuat dengan cetakan yang sama?

YANG MAYA ADALAH INDRA YANG SEJATI ADALAH IDE

Plato percaya segala sesuatu yang nyata di alam ini “mengalir”. Berawal dari tidak ada, lalu diciptakan, kemudian menjadi nyata dan lambat laun akan rusak. Segala sesuatu yang termasuk dalam dunia material terbuat dari materi yang akan rusak, namun dibuat sesuai dengan ‘cetakan’ atau ‘bentuk’ yang kekal dan abadi. Sesuatu yang kekal dan abadi menurut Plato bukanlah bahan dasar dunia material. Konsepsi Plato berkaitan dengan pola kekal dan abadi yang bersifat spiritual dan abstrak, darinyalah segala sesuatu diciptakan.

Beberapa odading tidak benar-benar sama, hanya bisa dikatakan mirip. Karena di alam ini memang tidak ada yang sama, anak kembar identik sekalipun mereka hanya mirip bukan sama persis. Namun, ada kesamaan yang dimiliki oleh setiap kolompok di alam ini yang tidak dimiliki oleh kelompok selainnya. Disinilah muncul label di setiap kelompok. Oleh karenanya, ini jawaban mengapa kucing akan tumbuh menjadi kucing dan macan akan tumbuh menjadi macan. Kucing tidak memiliki syarat kesamaan yang bisa dijadikan dia sebagai macan, begitu juga sebaliknya.

Segala sesuatu yang ada di alam ini akan ‘berubah’ dengan sendirinya. Odading lambat laun akan basi, manusia akan tua, sakit, saat waktnya tiba manusia akan mati. Plato mengibaratkan segala sesuatu yang kita lihat dapat disamakan dengan busa sabun. Semua memiliki masa yang sudah ditentukan, semua tidak ada yang abadi di dunia indrawi.

Plato membagi realitas menjadi dua wilayah, yaitu dunia indra dan dunia ide. Dunia indra menunjukan pengetahuan yang didapat dari hasil kinerja pancaindra. Di wilayah dunia indra, tidak ada sesuatu yang selalu ada, semuanya datang lalu pergi. Berbeda dengan dunia ide, yang memberikan pengetahuan sejati melalui akal, hasil pengetahuan yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra.

Berbicara mengenai dunia ide, segala sesuatu mempunyai ekspektasi ideal, seperti tahu bulat ideal, odading ideal, mie setan ideal, dan lain-lain. Seperti halnya tahu, pabrik tahu professional akan memproduksi tahu dengan bahan dasar tahu yang berkualitas. Untuk menarik konsumen, pabrik tahu akan mengeluarkan berbagai bentuk tahu, seperti kotak, bulat, segi tiga, bintang, dan lainnya. Perubahan bentuk tersebut tidak akan merubah nama dari tahu itu sendiri, karena tetap menggunakan substansi dari pembuatan tahu. Dari tahu kita bisa belajar, bahwa tahu memang bisa basi. Tapi ide pembuatan tahu tidak akan pernah mati, justru ide akan selalu berkembang.

Plato memberikan kesimpulan bahwa, pasti ada realitas di balik dunia materi. Plato menyebutnya dengan dunia ide. Di dalam dunia ide terdapat pola yang kekal dan abadi di balik berbagai fenomena yang kita temui di alam. Pandangan ini dikenal sebagai teori ide Plato.

Terinspirasi dari Buku Dunia Sophie.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGUCAPAN SELAMAT HARI NATAL BAGI UMAT MUSLIM, IKUT ARUS ATAU TETAP MELAWAN ARUS?

RENUNGAN PERISTIWA ISRA' MI'RAJ

DIALOG HATI